Daftar Isi

Kamis, 20 November 2014

Stop, jangan marah!



“Ma! Aa ada tugas bikin blog nih!” si sulung pulang ke rumah dengan wajah kusut,

“Mam, pinjem netbook donk! Aku ada tugas!” adiknya ga mau kalah,

Dan, saya tersenyum saja, bingung mau ngomong apa, posisi saya sedang terjepit, di satu sisi saya harus jaga warung, di satu sisi mereka butuh bimbingan saya sebagai ibu mereka yang mereka anggap lebih tau masalah ‘ngeblog’ dan tulas-tulis menggunakan komputer.

Hari ketujuh abahku meninggal, di rumah saya sibuk, mengatur semua keperluan acara tujuhna, di rumah abah juga. Anak-anak saya semua ngumpul. Harapan saya waktu itu, mereka membantu saya yang bener-bener repot dengan dua pekerjaan sekaligus, melayani pembeli dan menyiapkan penganan buat acara tahlilan.

Tapi kenyataannya??

Saya kecewa berat, mereka lebih asyik mengerjakan tugas dari gurunya daripada membantu saya. Sayapun harus menarik nafas dalam-dalam. Dan mengalah dengan menutup warung untuk sementara waktu, ya sehari saja cukup walaupun saya merasa sayang sekali jika warung tutup walau sehari, karena pendapatan hari itu berarti nol.

Alhamdulillah selesai juga menyiapkan penganan yang jumlahna seratus kantong itu, tapi kakak saya masih butuh bantuan karena acara memasak di rumah abah masih belum kelar, sedangkan waktu berlalu terasa begitu cepat, dan sebelum adzan magrib berkumandang, penganan untuk acara tahlil harus sudah siap.

“Ma, gimana atuh cara bikin blog téh, kok aku gagal terus sih?” si Sulung merajuk ditengah kesibukan, saya hanya meliriknya,

“Nanti kalau mama sudah beres mama bantu, kan tadi sudah dicontohin caranya!” mata saya tetap fokus pada makanan yang sedang disiapkan, si Sulungpun manyun.

“Tapi Ma, nanti malam harus sudah dikirim ke guru, aku maunya dapat nilai 10!”

Gerrrr, pengennya sih saya marah lihat sikap si Sulung yang kurang sabaran, tapi saya tetap jaga supaya emosi tidak meledak.

Lalu, si kecil menangis tiba-tiba, dan yang menyebabkan dia menangis karena dijailin si Sulung, waduhhh! Astagfirullah! Saya tarik nafas lagi lebih dalam.

“Aa, kamu sudah SMA kan? Bisa sabar dikit ga?” emosi saya mulai naik, si Sulung melengos dan melemparkan bola karet kecil kearah saya sebagai pelampiasan amarahnya, walaupun tidak mengenai muka saya tapi itu perbuatan yang membuat saya merasa dipermalukan di depan saudara-saudara saya. Saya menunduk menahan marah dan air mata yang mulai meleleh. Saya biarkan si Sulung pulang ke rumah tanpa sepatah katapun saya lontarkan.

Dalam hati saya berdo’a semoga si Sulung menyadari kekeliruannya dan meminta maaf, ternyata betul beberapa menit kemudian dia kembali ke rumah abah dan berkata:

“Ma, aku berhasil buat blog sendiri, sudah dikirim ke guru, dan langsung dapat nilai 10 karena mengerjakan tugas sebelum DL!” serunya bahagia, saya tersenyum dan menggodanya,
“Tuh kan kata mama juga apa? Kamu bisa mengerjakan tugas sendiri, tadi kenapa kamu lempar mama pakai bola?” 

“Maafin Aa Ma!, habisnya kesel! “ 

Ya Allah, andai saja saya tidak sabar menghadapi kelakuan si Sulung, atau bahkan mencacinya didepan keluarga besar saya, mungkin urusuan akan tambah runyam.
Setelah kejadian itu saya teringat almarhumah emak saya yang sungguh penyabar dan baik hati, emak tidak pernah marah-marah dengan meledak-ledak, bahasa yng digunakan selalu bahasa Sunda yang halus dan sopan.

Terbayang kejadian dulu sewaktu saya masih kecil, saya pernah membuat emak kesel di depan keluarga besarnya karena kelakuan nakal saya, tapi emak tidak memarahi saya, bahkan emak memaafkan saya. Akhirnya sayapun mengalaminya, persis seperti yang emak alami dulu.

Maafkan saya Mak! Semoga emak damai disisiNYA aamiin!


4 komentar:

  1. Terima kasih atas partisipasi sahabat dalam Kontes Unggulan : Hati Ibu Seluas Samudera
    Segera didaftar
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
  2. Kalimat terakhir mengingatkan saya pada lirik lagu khasidah Nidaria....judulnya dulu dan kini

    BalasHapus
  3. Assalamu "alaikum mbak.
    Aihhh..sebeng bisa sampai di sini dan membaca tulisan mbak. Jadi kebayang rempongnya menghadapi kerjaan plus kerewelan anak-anak.
    Semoga Allah senantiasa memberikan kemudahan pada mbak...

    BalasHapus