“Ma,
ajari aku bisnis!”
Oleh
: Aisha Khairunnisa
Judul di atas adalah permintaan anakku
yang sulung ketika melihat saya sibuk dengan urusan bisnis kecil-kecilan, jual beli
beras, dan mukena ketika musim lebaran tiba. Saya trenyuh mendengarnya, dan
saya jawab “Ya nak, Inshaa Allah akan diajarkan, Mama janji!” dia tersenyum
sambil membantu saya meindahkan karung-karung beras itu berdua adiknya. Walaupun
sebenarnya saya sendiri belum bisa menjadi seorang businesswoman yang sukses seperti orang lain, hanya punya sedikit
pengalaman saja yang akan saya ceritakan pada anak-anak saya.
Teringat saya waktu kecil, saya suka
ikut jualan sama kakak saya, dia buat makanan kecil, saya yang menjualnya, saya
dapat upah satu rupiah dari setiap kantong kue yang harganya lima rupiah per
bungkus, senangnya waktu itu, saya masih duduk di SD kelas empat. Berlanjut ke
usia SMP saya berjualan ciput dari bahan katun yang saya jahit sendiri, kemudian
saya jual ke saudara dan teman-teman
yang sudah berkerudung, waktu itu masih jarang orang yang memakai kerudung, kemudian
di SMA saya jual jasa pasang sulaman di baju teman-teman sesama santri, biar
tampil beda sekaligus memberi tanda sebab banyak teman yang suka hilang bajunya
karena banyak yang sama, J! Di pesantren pun, saya ikutan nyumbang
modal pada teman-teman yang jago bikin kue, kue-kue itu mereka titipkan di warung koperasi santri dan warung dekat
pesantren, lumayanlah hasilnya buat kami jalan-jalan ke kota Bogor, sambil ngecengin
turis bule di Kebun Raya, hehe. Masuk bangku kuliah, doyan bisnis saya kambuh
lagi, saya bikin tas dan tempat pensil dari kain, saya jual ke trmna-teman kos dan kampus, ehh kuliahku
engga kelar karena biayanya rebutan sama adik, saya yang jadi kakak ngalah aja, keluar kuliah lanjutin bisnis
bikin bed cover sederhana buat
mahasiswa, hasilnya oke juga, bisa buat
beli bakso dan beli baju baru di Pasar Baru, walaupun harus capek wara-wiri
Bandung Cianjur, belanja bahan di Pasar Baru dan Tamim Bandung, bawa ke Cianjur
karena proses di Cianjur, saya menjahitnya sendiri dengan mesin jahit sederhana
punya ibu saya, kemudian hasilnya bawa lagi ke Jatinangor, karena pembeli
rata-rata mahasiswa yang kos di sekitar Jatinangor, sampai akhirnya ketemu
jodoh, berhentilah bisnisku sejenak, ehh tanganku malah ‘gatal-gatal’ berhenti bisnis,
minta ijin suami tercinta, bisnis lanjut lagi, asyikk!!
Setelah punya anak dua, mulai terima
order bikin baju, suami belikan saya mesin jahit, terus jualan kerudung kaos
yang lagi trend di tahun dua ribu, kerudung kaos babat dan kaos katun,
alhamdulilah hasilnya bisa beli cincin mas dan buat jajan anak-anak. Pindah
rumah ke kota Bandung, karena suami tugas di kota, engga menghalangi semangat
saya buat bisnis, apalagi hidup di perumahan di kota besar biayanya sungguh
mahal, jauh banget dibandingkan dengan tinggal di perumahan di Sumedang, waduhh
saya harus putar otak, akhirnya ketemu jodoh
sesama pebisnis, saya jualkan hasil produksi teman, masih kerudung juga
produknya, dan saya tetep eksis terima jahitan dan permak, ditambah terima
order pasang payet yang waktu itu lumayan hasilnya, karena masih jarang yang
bisa pasang payet, alhamdulillah! Dapur tetap ngebul walaupun biaya hidup
kesedot buat bayar cicilan rumah dan
motor plus biaya kuliah suami!
Pengalaman bisnis saya ternyata memberikan
masukan dan ide buat saya yang sudah jadi single
parent sekarang, tentu saya harus putar otak dan putar uang supaya tetap
bisa membiayai lima anak dan kebutuhan sehari-hari tentunya. Hal yang tak
mudah, namun dengan keyakinan pada Allah SWT inshaa Allah saya yakin saya pasti
bisa, dan tak terasa bisnis saya sudah masuk tahun kedua, ada peningkatan pada
laba dan jadi lebih tahu celah baik dan buruk pada bisnis yang saya kelola,
mencoba merevisi setiap laporan keuangan dan disisplin dalam menggunakan uang
dan waktu.
Pada akhirnya, saya berkesimpulan,
saya harus mengubah mind set saya
dalam bisnis, saya harus punya niat yang lurus karena Allah, bahwasanya bisnis
ini adalah ibadah dan demi memenuhi kewajiban saya sebagai orang tua dari lima
anak saya, kemudian mencari ilmu bisnis sebanyak mungkin, menjalin silaturahmi
dengan setiap orang, berfikir positif bahwa segala sesuatu pasti bisa dijadikan
lahan bisnis, apapun itu, bahkan dari bahan sampah sekalipun, kemudian
menyebarkan virus bisnis ini pada orang lain, berbagi ilmu dan pengalaman dengan
siapapun, termasuk lima anak saya, memberi tahu mereka lewat bacaan dari
buku-buku yang saya beli di Buku Inspiratif Indonesia, karya mba Ari Kurnia yang berjudul ' Bisnis Untung dan Berkah untuk Anak Sekolah " dan
teman-teman pebisnis hebat lainnya, semangat bernisnis!
Semakin hari, semakin tambah ilmu, semakin
banyak pengalaman, ilmu semakin luas teman bertambah banyak, dan rizki semakin
berkah, Alhamdulillah!
Saya
pun berbisik pada anak-anak, “ Nak, kamu harus lebih sukses dari Mama ya!”
Cianjur,06
Oktober 2013
Bagus. meluruskan niat itu yang penting. Bisnis untuk ibadah akan menjadikan hasilnya barokah dan kita tetap on the right track.
BalasHapusBagus artikelnya
Salam hangat dari Surabaya
Trims pak dhe!
Hapusternyata jiwa bisnis di bentuk sejak kecil. Oh ya aku juga ada bisnis internet, meluncur aja ke situsku :-)
BalasHapustrims! nanti saya intip ya!
Hapus