Ini Punya Abang, Ini Punya Adik!
Mengurus dan mendidik balita ternyata gampang-gampang susah, apalagi jika usianya berdekatan antara satu dengan yang lain, Allah SWT memberi saya ujian plus kebahagiaan dalam hal ini dua kali, diantara lima anak saya, ada dua pasang anak yang usianya berdekatan, yaitu anak pertama dan kedua, beda usia terpaut satu setengah tahun, keduanya laki-laki. Kemudian, antara anak keempat dan kelima beda usia terpaut dua tahun dua bulan, laki-laki juga, otomatis kedua pasang anak laki-laki saya seperti kembar. Hanya satu yang perempuan tidak memiliki pesaing plus engga punya teman, dan jarak usia antara dia dan kedua kakaknya serta kedua adiknya lumayan jauh, seolah dia adalah princess di rumah kami.
Paling bingung ketika membelikan mainan, pakaian atau apapun kebutuhan anak lainnya, dari mulai mereka bayi sampai mereka remaja sekalipun, terutama untuk dua pasang anak laki-laki kami, si sulung dan adiknya yang nomor dua, walaupun mereka sekarang sudah ABG, tetap saja masih bersaing dan berebutan pakaian dan segala tetek bengek keperluan mereka, kadang membuat saya harus berpikir keras untuk mencari solusi yang tepat buat mereka, saya sarankan mereka untuk memilih dan membeli kebutuhan mereka sendiri, dan menandainya jika warna sama seperti seragam dan kaus kaki, namun seperti hal kedua adik mereka sekarang yang nomor empat dan lima yang masih balita, dulupun mereka suka membuat sang emak bingung. Jika dibelikan mainan hanya satu mereka akan bertengkar berebutan, jika dibelikan dua buah dan berbeda warna atau berbeda bentuknya tetap mereka berantem juga, fuihhh!! Benar-benar menguras keringat dan harus ekstra sabar!. Itu baru dalam satu hal, belum dalam hal lain, pakaian misalnya, harus sama gambar dan modelnya, kalau tidak? Sang emak harus siap dengan teriakan atau kegaduhan mereka yang berebutan setelah mandi, yaa... putar otak lagi nih emak!
Saya dan suami sering berdiskusi mengatasi hal ini bersama, kami sepakat jika berbelanja mainan, sepatu, pakaian, tas sekolah, tempat minum, tempat makan, celengan, kaus kaki, dan sebagainya. Harus membeli dua buah dengan model dan warna yang sama atau dengan warna yang berbeda, atau ukuran yang berbeda karena ukuran badan mereka beda satu atau dua nomor ukuran. Terus, kami minta mereka untuk berkomitmen, jika mereka sudah agak besar dan sudah mengenal warna, kami minta mereka memiih sendiri warna yang mereka sukai, jika si Abang senang warna merah kami belikan warna merah, dan untuk si Adik warna lain, hijau atau biru misalnya, hal ini berlaku untuk semua benda, tidak hanya pakaian saja, tapi juga mainan, sepatu, kaus kaki, tas sekolah, dan sebagainya. Jika mereka masih berebutan, kami ingatkan dengan komitmen yang sudah disepakati, kami ingatkan berkali-kali bahwa semua yang berwarna merah punya Abang, dan warna hijau punya Adik, kecuali jika mereka sedang berbaik hati dan mau berbagi, kami biarkan mereka bertukar mainan, atau saling meminjam tempat minum.
Ada hikmah dibalik semua kejadian unik di rumah kami, kedua pasang ‘kembar palsu’ kami jadi tahu perbedaan warna dan ukuran, kemudian mereka dilatih untuk saling menghormati hak orang lain, diasah untuk mau berbagi satu dengan yang lain, bertanggung jawab atas barang miliknya, jika ada barang atau benda punya saudaranya yang terjatuh atau kotor mereka saling mengingatkan. Mudah-mudahan setelah dewasa kelak, hal ini bisa mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan orang lain, dan dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas yang lebih heterogen, aammiinn!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar