Daftar Isi

Senin, 13 Januari 2014

700ribu Versus 25 juta



“ Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada sseratus biji, Allah melimpat gandakkan bagi siapa yang Ia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha mengetahui.”
(QS: ALBaqoroh: 261)

“Tangan yang diatas lebih baik dari tangan yang dibawah”
***

Sebagai umat Islam, sudah barang tentu ayat Al-Qur’an dan hadits tersebut diatas yang saya pegang ketika akan melakukan shodaqoh, begitu juga dengan saudara-saudara muslim lainya.

Siapa yang engga ‘ngiler’ dengan janji Allah SWT tersebut diatas, bahwa jika kita memberi shodaqoh hanya seribu rupiah saja, maka Allah akan menggantinya dengan tujuh ratus kali lipat, bayangkan saja jika dihitung secara logis matematis kita akan mendapakan ganti sebesar tujuh ratus ribu, hmmm gede banget ya!

Dan pasti Allah tak akan pernah ingkar pada hambaNya, mungkin saja penggantian uang seribu rupiah itu tidak langsung diberikan secara ‘blek’ langsung dari langit, tapi bisa juga dengan penggantian berupa makanan, pakaian, minuman yang menyehatkan, atau pulsa,ongkos gratis yang jika ditotalkan atau dikalkulasikan secara materi akan berjumlah tujuh ratus ribu rupiah.

Atau bisa jadi dengan berupa uang sebesar tujuh ratus ribu rupiah, yang tanpa kita sadari ketika mendapatkannya, bisa berupa pemberian saudara, orangtua, teman, dan sebagainya.
Nah, jika sekali saja kia memberi sudah mendapatkan penggantian begitu besar, apalagi jika berkali-kali. Subhan Allah!

Dan seperti hadits Rasulullah, bahwa tangan diatas lebih baik dari tangan di bawah yang maksudnya adalah orang yang memberi itu lebih mulia dar otang yang meninta-minta.

Bagaimana dengan pengemis yang sekarang semakin banyak bermunculan? 


Kita husnudzan (berbaik sangka) saja kalau mereka menjadi pengemis memang karena terdorong kebutuhan ekonomi yang mendesak sehingga mereka bukannya tidak tahu kalau tangan yang diatas itu ternyata lebih mulia dari tangan yang di bawah.

Tapi, ternyata banyak dari para pengemis itu yang penghasilnanya lebih besar dari para guru honor, yang nota bene gaji guru honor sebulan rata-rata dua ratus ribu rupiah, sedangkan para pengemis itu mendapatkan dua ratus ribu rupiah hanya dalam sehari, mashaa Allah!


Inilah dilema, inilah fenomenea, ini maslah sosial yang sekarang sedang terjadi di negeri tercinta ini, semakin banyak orang yang beralih ‘profesi’ menjadi pengemis karena hasilnya ternyata lebih “wah” dari para pedagang kecil, dengan cara paling mudah dan tanpa susah payah, hanya bermodal pakaian kumal, dan membawa kencleng kecil, cukup!

Tak usah capek bekerja, asal mau kepanasan, kehujanan, dan siap  dicaci dan dimaki orang-orang yang lalu lalang.

 Dengan  berharap dari belas kasihan orang, dapat deh tuh duit, walaupun cuma recehan, recehan juga kalau dikumpulin mah tetep jadi “bukit”.

Dan menjadi pengemis saat ini sudah menjadi profesi yang paling digemari masyarakat bawah, dari mulai anak-anak sampai tua renta, bahkan tanpa malu yang gagah perkasa dan tak tuna daksa atau tuna netra pun ikutan jadi pengemis. Naudzubillah!

Ada tetangga saya yang mampu menyicil tiga motor sekaligus dari hasil mengemis, ada yang sawahnya luas, ada juga yang bisa naik haji, namun ‘keukeuh’ pengemis tetap pengemis meskipun dia berdasi, sebab seperti sabda Rasulullah, tangan diatas lebih baik dari tangan dibawah.

Pemerintah pun tak tinggal diam, banyak kota yang sudah memberlakukan Perda larangan memberi pada pengemis, dan dendanya tak tanggung-tanggung, ada yang sampai dua puluh lima juta rupiah, huhh gara-gara ngasih seribu perak hilang uang 25 jeti buat denda, ogah ahhh!!, mikir sejuta kali sekarang mah.

Dan, keputusan ada di tangan kita, mau pilih 700 000 janji Allah atau kehilangan 25 juta? Bagai makan buah simalakama jadinya, eittss jangan takut shodaqoh engga harus ngasih ke pengemis kok, bisa ke tetangga yang kurang mampu, kencleng masjid, atau untuk perbaikan jalan, atau ke panti asuhan, ngasih jajan ponakan, dan masih banyak cara buat mendapatkan penggantian dari Allah SWT, yang penting niatnya ikhlas!

Perda itu belum cukup ampuh buat meredam jumlah pengemis di kota-kota, karena pada kenyataanya masih banyak berseleriweran pengemis dimana-mana. Apalagi pengemis berdasi yang banyak ngumpet di balik meja instansi-instansi pemerintahan.

6 komentar:

  1. serba salah jika memberi pada pengemis, di sisi lain ingin memberi sementara di sisi lain itu adalah menyuburkan kemalasan

    BalasHapus
  2. Banyak jalan untuk bersedekah Jeng. Kalau ketemu pengemis ya dikasih saja nggak usah mikir terlalu nlimet soal Perda, ikan atau kail segala macam.
    Terima kasih artikelnya yang menggugah
    Salam hangat dari surabaya

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya pak dhe, makasih dah mampir dan kasih masukan!

      Hapus
  3. Banyak cara untuk bersedekah, dan sebelum lingkaran kedua, sebaiknya berikan dulu kepada lingkaran pertama ( orang yang terdekat dengan kita ), itu prinsip saya.
    Salam

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya betul Abi Sabila, terima kasih dah mampir dan kasih masukan!

      Hapus