Daftar Isi

Minggu, 06 April 2014

Semoga Tak Ada Lagi Korban Lain




Hari Kamis, Tanggal 01 Maret 2012 adalah hari yang sangat membuat kami berduka, bagiku dengan lima putraku beserta keluarga besar kami, karena ada hari ini, adalah hari terakhir aku melihat suami tercinta tersenyum dan mengenggam tanganku erat.

Sungguh jika mendengar ada orang yang meninggal atau sakit TB atau TBC atau apapun istilah lainnya, akan membuat mataku langsung berembun, karena selalu teringat masa sulitku ketika mengurus suami sakit.

Suamiku menderita penyakit TB pada tahun 2009, setelah aku melahirkan anak keempat. Aku tak menyangka suamiku divonis dokter dengan penyakit ini, karena sebelumnya dia segar bugar, sehat walafiat, walaupun pernah sakit batuk tapi tak lama dan tak berdarah. Bahkan setiap ada general check up di tempatnya bekerja, suamiku selalu membawa kabar gembira kalau dia sehat, dan paru-parunya bersih karena dia bukan perokok walaupun tempat kerjanya sangat berpolusi, berbeda dengan teman-temannya yang perokok dan alkoholik, mereka mengeluh karena hasil general check up  nya buruk, terutama di bagian paru-paru.

Awalnya kami mengira, kalau suami bukan terkena sakit TB tapi karena ulah jahil manusia yang iri, aku syok waktu itu, melihatnya muntah darah di tengah malam dengan jumlah darah yang banyak sekali, sampai satu mangkuk kecil penuh. Apalagi sebelumnya suami tidak memperlihatkan gejala orang yang terkena penyakit TB.

Kami segera check ke RS PINDAD juga RS Al Ihsan dan Al Islam di Bandung, ternyata semua hasil diagnosa dokter sama, suami positif terkena penyakit ini. Dan kami diyakinkan dengan hasil rontgen dan test lainnya. Akupun segera mencari informasi mengenai penyakit ini lebih detil.

Penyakit ini ternyata sudah banyak menyebar di dunia terutama di negara berkembang seperti Indonesia, penyakit inipun tidak mengenal usia dan status sosial, serta jenis kelamin, siapapun bisa terkena penyakit ini jika kesehatannya sedang menurun, atau daya tahan tubuh terhadap penyakit ini sedang lemah, menurut penelitian sepertiga penduduk dunia telah positif mengidap penyakit ini. Terutama pada usia produktif yaitu antara15-55 tahun.

Pada tahun 2007 terdapat 13,7 kasus kronis, tahun 2010 terjadi pertambahan kasus sebanyak 8,8 juta kasus dan 1,5 juta dari kasus ini penderita akhirnya meninggal, dan Indonesia menjadi peringkat 3 dunia untuk kasus ini pada tahun 1990an kemudian membaik pada tahun 2013 menjadi peringkat 5.

Penyakit ini disebabkan oleh berbagai starin mikobakteria terutama mycobacterium Tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Selain disebut TB penyakit ini juga disebut dengn istilah KP atau singkatan dari Koch Pulmonun karena bakteri penyakit ini ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, dan untuk mengenang jasanya maka bakteri tersebut disebut dnegan baksil Koch (Koch Pulmonum).

 Pada umumnya  bakteri ini menyerang paru-paru.  Mengapa di paru-paru? Mungkin karena paru-paru atas paling banyak mendapatkan aliran udara atau karena kurang baiknya drainase limfa pada paru-paru bagian atas tersebut. Namun ternyata ada juga yang disebut dengan TB extra paru tertama pada penderita HIV/AIDS, contohnya TB Pleuritis, meningitis TB, TB pada kelenjar getah bening, TB urogenital, TB tulang dan TB Milier.

Kenali gejalanya!
Jika saudara kita  atau keluarga kita memiliki gejala-gejala seperti berikut ini segera hubungi dokter atau Rumah Sakit terdekat, biasanya gejala yang timbul atau umum terjadi adalah: demam yang tidak terlalu tinggi, biasanya terjadi pada malam hari disertai keringat malam, kadang-kadang disertai influensa yang sifatnya hilang timbul, menurunnya nafsu makan, berat badan berkurang, batuk-batuk selama 3 minggu yang terkadang disertai darah, perasaan tidak enak (malaise) dan tubuhnya merasa lemah.

Gejala secara khusus diantaranya:
  • Jika yang terserang adalah kelenjar getah bening maka akan ada benjolan atau bengkak di leher dan menimbulkan suara ‘mengi’ atau suara nafas yang melemah yang disertai sesak nafas,
  • Jika ada cairan di rongga pleura (pembungkus paru-paru) maka gejalanya berupa sakit pada daerah dada,
  • Jika mengenai tulang, maka akan timbul gejala seperti infeksi tulang yang suatu saat akan membentuk saluran dan bermuara pada kulit diatasnya yang akhirnya akan mengeluarkan nanah,
  • Jika mengenai otak (lapisan pembungkus otak) atau radang selaput otak gejalanya adalah deman yang tinggi disertai turunnya kesadara dan kejang-kejang.
Bagaimana penyakit ini disebarkan?


Berhati-hatilah jika bertemu dengan penderita TB sebab ketika penderita berbicara, bersin, batuk, meludah bahkan menyanyi, maka bakteri akan menyebar melalui udara, hindari pula penggunaan barang bersama dengan penderita seperti pakaian, piring, gelas, sendok, garpu, dan yang lainnya.  Sebaiknya penderita dan juga keluarga dekat atau perawat mengunakan masker ketika melakukan  kontak dengan penderita. Sebab setiap satu penderita dapat menularkan penyakit ini pada setiap 10-15 orang setiap tahunnya. 

Apa tindakan kita setelah mengetahui gejala TB?

Segera lakukan hal-hal berikut ini:
  • Pemeriksaan secara fisik
  • Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya
  • Pemeriksaan laboratorium (tes darah, dahak, cairan otak)
  • Pemeriksaan patologi anatomi (PA)
  • Photo Thorax/ Rontgen dada
  • Uji tuberkulin (Biasanya dengan cara mantoux)
Mengapa harus uji tuberkulin?

Sebab uji tuberkulin terutama dengan cara mantoux paling efektif hasilnya terutama untuk anak-anak dibawah satu tahun, hampir 100% hasinya positif, dan semakin tua usia pasien semakin berkurang keefektifannya.
 
Uji Tuberkulin dengan cara Mantoux
Uji tuberkulin dengan cara mantoux adalah melakukan penyuntikan pada ½ bagian lengan bawah kiri bagian depan, hasil tes ini dilihat setleah 48-72 jam dan diukur diameter dari pembengakanya yang terjadi.

Hasilnya:

1.    Jika pembengkakan atau indurasinya 0-4mm, berarti hasilnya negatif atau tidak ditemukan infeksi mikobakterium tuberkulosa,
2. Jika pembengkakan atau indurasinya mencapai 3-9mm uji mantoux meragukan yang bisa disebabkan oleh kesalahan teknis, reaksi silang dengan mikobakterium atipik atau setelah vaksinansi BCG,
3.  Jika pembengkakan atau indurasinya  mencapai lebih dari 10mm, maka artinya hasil uji mantoux positif, penderita sedang atau pernah terinfeksi mikobakterium tuberkulosa.

Mengapa harus melakukan photo thorax atau rontgen?

Untuk memperkuat diagnosis, melakukan photo thorax harus rutin dilakukan karena 95% infeksi primer terdapat atau ditemukan di paru-paru,  walaupun tidak mudah untuk menemukan jenis kumannya dalam gambar, tapi diagnosa seperti ini sering berhasil.


 Klasifikasi TBC (menurut The American Thoracic Society, 1981)
Klasifikasi 0
Tidak pernah terinfeksi, tidak ada kontak, tidak menderita TBC
Klasifikasi I
Tidak pernah terinfeksi,ada riwayat kontak,tidak menderita TBC
Klasifikasi II
Terinfeksi TBC / test tuberkulin ( + ), tetapi tidak menderita TBC (gejala TBC tidak ada, radiologi tidak mendukung dan bakteriologi negatif).
Klasifikasi III
Sedang menderita TBC
Klasifikasi IV
Pernah TBC, tapi saat ini tidak ada penyakit aktif
Klasifikasi V
Dicurigai TBC

Obat apa yang biasanya diberikan dokter?

Tujuan pengobata TB adalah untuk memusnahkan basil tuberkolosis dengan cepat, supaya tidak menyerang ke bagian tubuh yang lain, biasanya dibedakan atas kelompok penyakitnya:

1. Obat primer  : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid.
Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.
2. Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin.

Biasanya untuk tiga bulan pertama selalu diberikan obat INH, rifampisin dan pirazinamid selama tidak ada resistensi terhadap satu atau lebih obat TB primer ini. Dan obat diberikan selama minimal 6-9 bulan sampai penderita sembuh kembali dan sangat penting diperhatikan oleh penderita dan keluarga yang ditunjuk sebagai PMO (pengawas minum Obat) Obat TB di minum berdasarkan resep dokter dan harus sesuai dengan dosisnya serta penghentiannyapun harus dilakukan atas izin dokter.

Adakah obat TBC yang alami?


Sebenarnya banyak obat atau ramuan alami yand bisa dipakai untuk mengobati penyakit TB, namun yang paling terkenal adalah buah manggis dan sirsak, buah manggis terutama kulitnya mengandung antioksidan super (Xanthone) yang memiliki efek anti bakteri terutama pada bakteri jenis Mycobacterium tuberculosis (penyebab TBC) dan Staphylococcus aureus (penyebab infeksi dan gangguan pencernaan).

Sementara buah sirsak terutama daunnya bisa dimanfaatkan untuk imunitas atau memperbaiki sistem kekebalan tubuh, sehingga penderita TB tidak mudah terserang penyakit lain karena biasanya daya tahan tubuh penderita TB sangat lemah sehingga mudah terserang penyakit lain.

Akhirnya, apapun usaha manusia dalam mengobati penyakit TB ini,  hasilnya haruslah diserahkan pada yang Maha Kuasa, karena manusia hanya bisa berusaha,  yang terpenting adalah memegang teguh motto hidup:  mencegah lebih baik daripada mengobati.

Semoga tidak ada lain korban lain di sekitar kita, mari kita saling bantu menyebarkan informasi tentang penyakit ini bersama-sama, sehingga Indonesia khususnya dan dunia pada umumnya tidak lagi menemukan kasus baru dalam penanganan penyakit yang sangat berbahaya ini.

 Tulisan ini disertakan dalam Blog Writing Competition dalam rangka Hari Tuberkulosis

16 komentar:

  1. betul teh Siti Aisah, mencegah lebih baik daripada mengobati! Semoga teteh sekeluarga diberi kesehataaan.. aamiiien...

    BalasHapus
  2. Inilah yang sedang saya jalani. tahun 1998 saya pernah di rawat di RS karena par-paru basah. saya penyiar radio yang terbiasa terkukung distudioe dengan para perokok. Nangkring di RS delapan hari ditambah minum obat 9 bulan, rasanya menderita benar. Saat itu saya belum menikah. sahabat saya menjadi pengawas minum obat. Sahabat saya rajin memasukant obat ke dalam plasik kecil sesuai takaran dan ada pesa lucu-lucu. Seperti Hai, saatnya minum obat. Cepat sehat yah. Atau Nah, hampir lupa yah, ini sudah lewat jam makan malam loh. Dulu oba belum paket seperti sekarang. Ribet. Tapi akhirnya saya sembuh. makanya dalam merawat suami, yah disabar-sabarin. mak Siti Ikhlas yah mak. dan kabarkan pada semua orang untuk waspada dan pedulu pada pasien TB.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah saya bahagia mak Elisa sembuh, trims dukungannya semoga saya tabah terus dan mau berbagi dengan teman-teman lainnya!

      Hapus
  3. Sodara saya tidak muntah darah Mak. Perutnya membesar. Ada saya cerita juga di blog di tulisan Selamat dari Mal Praktik itu. Ternyata sodara saya kena TB usus ... iih mengerikan penyakit iji ya Mak. Duh, maaf .. saya ikut sedih membacanya. Tapi bahagia membayangkan beliau tersenyum memegang tangan Mak Siti .. masya Allah, insya Allah berliau ridha dengan istri shalihah-nya .... *peluk mak Siti*

    BalasHapus
    Balasan
    1. mak Mugniar, ngeri juga ya ada TB usus, masha Allah semoga cepat sembuh ya saudaranya!

      Hapus
  4. turut berdukacita ya mbak ..semoga tdk ada korban lagi. dan sukses buat lombanya

    BalasHapus
  5. Turut berduka cita ya Mak...
    Memang benar TB ternyata memang mudah menjangkit siapa saja karena penularannya lewat udara. Untuk itu pencegahan memang jauh lebih baik daripada mengobati.
    Semoga saja Indonesia dapat segera terbebas dari TB ya Mak...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trims mak, ya semoga saja Indonesia segera terbebas dari Tb, trims dah mampir dan salam kenal!

      Hapus
  6. turut berduka cita
    moga tak ada korban lain deh

    BalasHapus
  7. Memang ternyata benar TB memang mudah menjangkit siapa saja..

    Turut berduka cita ya? :(

    BalasHapus
  8. tulisan yang sungguh informatis sekaligus menyentuh. Sabar dan tabah ya Bund..makasih sekali informasinya...

    BalasHapus