Hari
Kamis, Tanggal 01 Maret 2012 adalah hari yang sangat membuat kami berduka, bagiku
dengan lima putraku beserta keluarga besar kami, karena ada hari ini, adalah
hari terakhir aku melihat suami tercinta tersenyum dan mengenggam tanganku erat.
Sungguh
jika mendengar ada orang yang meninggal atau sakit TB atau TBC atau apapun
istilah lainnya, akan membuat mataku langsung berembun, karena selalu teringat
masa sulitku ketika mengurus suami sakit.
Suamiku
menderita penyakit TB pada tahun 2009, setelah aku melahirkan anak keempat. Aku
tak menyangka suamiku divonis dokter dengan penyakit ini, karena sebelumnya dia
segar bugar, sehat walafiat, walaupun pernah sakit batuk tapi tak lama dan tak berdarah.
Bahkan setiap ada general check up di tempatnya bekerja, suamiku selalu membawa
kabar gembira kalau dia sehat, dan paru-parunya bersih karena dia bukan perokok
walaupun tempat kerjanya sangat berpolusi, berbeda dengan teman-temannya yang
perokok dan alkoholik, mereka mengeluh karena hasil general check up nya buruk, terutama di bagian paru-paru.
Awalnya
kami mengira, kalau suami bukan terkena sakit TB tapi karena ulah jahil manusia
yang iri, aku syok waktu itu, melihatnya muntah darah di tengah malam dengan
jumlah darah yang banyak sekali, sampai satu mangkuk kecil penuh. Apalagi
sebelumnya suami tidak memperlihatkan gejala orang yang terkena penyakit TB.
Kami
segera check ke RS PINDAD juga RS Al
Ihsan dan Al Islam di Bandung, ternyata semua hasil diagnosa dokter sama, suami
positif terkena penyakit ini. Dan kami diyakinkan dengan hasil rontgen dan test lainnya. Akupun segera
mencari informasi mengenai penyakit ini lebih detil.
Penyakit
ini ternyata sudah banyak menyebar di dunia terutama di negara berkembang
seperti Indonesia, penyakit inipun tidak mengenal usia dan status sosial, serta
jenis kelamin, siapapun bisa terkena penyakit ini jika kesehatannya sedang
menurun, atau daya tahan tubuh terhadap penyakit ini sedang lemah, menurut
penelitian sepertiga penduduk dunia telah positif mengidap penyakit ini. Terutama
pada usia produktif yaitu antara15-55 tahun.
Pada
tahun 2007 terdapat 13,7 kasus kronis, tahun 2010 terjadi pertambahan kasus
sebanyak 8,8 juta kasus dan 1,5 juta dari kasus ini penderita akhirnya meninggal,
dan Indonesia menjadi peringkat 3 dunia untuk kasus ini pada tahun 1990an kemudian
membaik pada tahun 2013 menjadi peringkat 5.
Penyakit ini disebabkan oleh
berbagai starin mikobakteria terutama
mycobacterium Tuberculosis. Bakteri
ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai
Batang Tahan Asam (BTA). Selain disebut TB penyakit ini juga disebut dengn
istilah KP atau singkatan dari Koch
Pulmonun karena bakteri penyakit ini ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal
24 Maret 1882, dan untuk mengenang jasanya maka bakteri tersebut disebut dnegan
baksil Koch (Koch Pulmonum).
Pada umumnya bakteri ini menyerang paru-paru. Mengapa di paru-paru? Mungkin karena paru-paru
atas paling banyak mendapatkan aliran udara atau karena kurang baiknya drainase
limfa pada paru-paru bagian atas tersebut. Namun ternyata ada juga yang disebut
dengan TB extra paru tertama pada penderita HIV/AIDS, contohnya TB Pleuritis,
meningitis TB, TB pada kelenjar getah bening, TB urogenital, TB tulang dan TB
Milier.
Kenali gejalanya!
Jika saudara kita atau keluarga kita memiliki gejala-gejala
seperti berikut ini segera hubungi dokter atau Rumah Sakit terdekat, biasanya
gejala yang timbul atau umum terjadi adalah: demam yang tidak terlalu tinggi,
biasanya terjadi pada malam hari disertai keringat malam, kadang-kadang
disertai influensa yang sifatnya hilang timbul, menurunnya nafsu makan, berat
badan berkurang, batuk-batuk selama 3 minggu yang terkadang disertai darah,
perasaan tidak enak (malaise) dan tubuhnya merasa lemah.
Gejala secara khusus diantaranya:
- Jika yang terserang adalah kelenjar getah bening maka akan ada benjolan atau bengkak di leher dan menimbulkan suara ‘mengi’ atau suara nafas yang melemah yang disertai sesak nafas,
- Jika ada cairan di rongga pleura (pembungkus paru-paru) maka gejalanya berupa sakit pada daerah dada,
- Jika mengenai tulang, maka akan timbul gejala seperti infeksi tulang yang suatu saat akan membentuk saluran dan bermuara pada kulit diatasnya yang akhirnya akan mengeluarkan nanah,
- Jika mengenai otak (lapisan pembungkus otak) atau radang selaput otak gejalanya adalah deman yang tinggi disertai turunnya kesadara dan kejang-kejang.
Bagaimana penyakit
ini disebarkan?
Berhati-hatilah
jika bertemu dengan penderita TB sebab ketika penderita berbicara, bersin,
batuk, meludah bahkan menyanyi, maka bakteri akan menyebar melalui udara, hindari
pula penggunaan barang bersama dengan penderita seperti pakaian, piring, gelas,
sendok, garpu, dan yang lainnya.
Sebaiknya penderita dan juga keluarga dekat atau perawat mengunakan
masker ketika melakukan kontak dengan
penderita. Sebab setiap satu penderita dapat menularkan penyakit ini pada
setiap 10-15 orang setiap tahunnya.
Apa tindakan kita
setelah mengetahui gejala TB?
Segera lakukan hal-hal berikut ini:
- Pemeriksaan secara fisik
- Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya
- Pemeriksaan laboratorium (tes darah, dahak, cairan otak)
- Pemeriksaan patologi anatomi (PA)
- Photo Thorax/ Rontgen dada
- Uji tuberkulin (Biasanya dengan cara mantoux)
Mengapa harus uji
tuberkulin?
Sebab uji
tuberkulin terutama dengan cara mantoux
paling efektif hasilnya terutama untuk anak-anak dibawah satu tahun, hampir
100% hasinya positif, dan semakin tua usia pasien semakin berkurang
keefektifannya.
Uji tuberkulin
dengan cara mantoux adalah melakukan
penyuntikan pada ½ bagian lengan bawah kiri bagian depan, hasil tes ini dilihat
setleah 48-72 jam dan diukur diameter dari pembengakanya yang terjadi.
Hasilnya:
1.
Jika pembengkakan atau indurasinya 0-4mm,
berarti hasilnya negatif atau tidak ditemukan infeksi mikobakterium tuberkulosa,
2. Jika pembengkakan atau indurasinya mencapai
3-9mm uji mantoux meragukan yang bisa
disebabkan oleh kesalahan teknis, reaksi silang dengan mikobakterium atipik atau setelah vaksinansi BCG,
3.
Jika pembengkakan atau indurasinya mencapai lebih dari 10mm, maka artinya hasil
uji mantoux positif, penderita sedang
atau pernah terinfeksi mikobakterium
tuberkulosa.
Mengapa harus
melakukan photo thorax atau rontgen?
Untuk memperkuat
diagnosis, melakukan photo thorax harus rutin dilakukan karena 95% infeksi primer
terdapat atau ditemukan di paru-paru, walaupun
tidak mudah untuk menemukan jenis kumannya dalam gambar, tapi diagnosa seperti
ini sering berhasil.
Klasifikasi TBC
(menurut The American Thoracic Society, 1981)
Klasifikasi 0
|
Tidak pernah terinfeksi, tidak ada kontak, tidak
menderita TBC
|
Klasifikasi I
|
Tidak pernah terinfeksi,ada riwayat kontak,tidak
menderita TBC
|
Klasifikasi II
|
Terinfeksi TBC / test tuberkulin ( + ), tetapi tidak
menderita TBC (gejala TBC tidak ada, radiologi tidak mendukung dan
bakteriologi negatif).
|
Klasifikasi III
|
Sedang menderita TBC
|
Klasifikasi IV
|
Pernah TBC, tapi saat ini tidak ada penyakit aktif
|
Klasifikasi V
|
Dicurigai TBC
|
Tujuan pengobata TB adalah untuk
memusnahkan basil tuberkolosis dengan cepat, supaya tidak menyerang ke bagian
tubuh yang lain, biasanya dibedakan atas kelompok penyakitnya:
1. Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol,
Streptomisin, Pirazinamid.
Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.
Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.
2. Obat sekunder
: Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan
Kanamisin.
Biasanya untuk tiga bulan pertama
selalu diberikan obat INH, rifampisin dan pirazinamid selama tidak ada
resistensi terhadap satu atau lebih obat TB primer ini. Dan obat diberikan
selama minimal 6-9 bulan sampai penderita sembuh kembali dan sangat penting
diperhatikan oleh penderita dan keluarga yang ditunjuk sebagai PMO (pengawas
minum Obat) Obat TB di minum berdasarkan resep dokter dan harus sesuai dengan
dosisnya serta penghentiannyapun
harus dilakukan atas izin dokter.
Adakah
obat TBC yang alami?
Sebenarnya banyak
obat atau ramuan alami yand bisa dipakai untuk mengobati penyakit TB, namun
yang paling terkenal adalah buah manggis dan sirsak, buah manggis terutama
kulitnya mengandung antioksidan super (Xanthone) yang memiliki efek anti
bakteri terutama pada bakteri jenis Mycobacterium
tuberculosis (penyebab TBC) dan Staphylococcus aureus (penyebab infeksi dan
gangguan pencernaan).
Sementara
buah sirsak terutama daunnya bisa dimanfaatkan untuk imunitas atau memperbaiki
sistem kekebalan tubuh, sehingga penderita TB tidak mudah terserang penyakit
lain karena biasanya daya tahan tubuh penderita TB sangat lemah sehingga mudah
terserang penyakit lain.
Akhirnya,
apapun usaha manusia dalam mengobati penyakit TB ini, hasilnya haruslah diserahkan pada yang Maha
Kuasa, karena manusia hanya bisa berusaha, yang terpenting adalah memegang teguh motto
hidup: mencegah lebih baik daripada mengobati.
Semoga tidak
ada lain korban lain di sekitar kita, mari kita saling bantu menyebarkan informasi
tentang penyakit ini bersama-sama, sehingga Indonesia khususnya dan dunia pada
umumnya tidak lagi menemukan kasus baru dalam penanganan penyakit yang sangat
berbahaya ini.
Tulisan ini disertakan dalam Blog Writing Competition dalam rangka Hari Tuberkulosis
Tulisan ini disertakan dalam Blog Writing Competition dalam rangka Hari Tuberkulosis
betul teh Siti Aisah, mencegah lebih baik daripada mengobati! Semoga teteh sekeluarga diberi kesehataaan.. aamiiien...
BalasHapusAaamiinn trims atas do'anya mba!
HapusInilah yang sedang saya jalani. tahun 1998 saya pernah di rawat di RS karena par-paru basah. saya penyiar radio yang terbiasa terkukung distudioe dengan para perokok. Nangkring di RS delapan hari ditambah minum obat 9 bulan, rasanya menderita benar. Saat itu saya belum menikah. sahabat saya menjadi pengawas minum obat. Sahabat saya rajin memasukant obat ke dalam plasik kecil sesuai takaran dan ada pesa lucu-lucu. Seperti Hai, saatnya minum obat. Cepat sehat yah. Atau Nah, hampir lupa yah, ini sudah lewat jam makan malam loh. Dulu oba belum paket seperti sekarang. Ribet. Tapi akhirnya saya sembuh. makanya dalam merawat suami, yah disabar-sabarin. mak Siti Ikhlas yah mak. dan kabarkan pada semua orang untuk waspada dan pedulu pada pasien TB.
BalasHapusAlhamdulillah saya bahagia mak Elisa sembuh, trims dukungannya semoga saya tabah terus dan mau berbagi dengan teman-teman lainnya!
HapusSodara saya tidak muntah darah Mak. Perutnya membesar. Ada saya cerita juga di blog di tulisan Selamat dari Mal Praktik itu. Ternyata sodara saya kena TB usus ... iih mengerikan penyakit iji ya Mak. Duh, maaf .. saya ikut sedih membacanya. Tapi bahagia membayangkan beliau tersenyum memegang tangan Mak Siti .. masya Allah, insya Allah berliau ridha dengan istri shalihah-nya .... *peluk mak Siti*
BalasHapusmak Mugniar, ngeri juga ya ada TB usus, masha Allah semoga cepat sembuh ya saudaranya!
Hapusturut berdukacita ya mbak ..semoga tdk ada korban lagi. dan sukses buat lombanya
BalasHapusAamiinn, trims mba susan!
HapusTurut berduka cita ya Mak...
BalasHapusMemang benar TB ternyata memang mudah menjangkit siapa saja karena penularannya lewat udara. Untuk itu pencegahan memang jauh lebih baik daripada mengobati.
Semoga saja Indonesia dapat segera terbebas dari TB ya Mak...
Trims mak, ya semoga saja Indonesia segera terbebas dari Tb, trims dah mampir dan salam kenal!
Hapusturut berduka cita
BalasHapusmoga tak ada korban lain deh
Terimaksih mba, aammiinn!
HapusMemang ternyata benar TB memang mudah menjangkit siapa saja..
BalasHapusTurut berduka cita ya? :(
Betul mas, terima kasih!
Hapustulisan yang sungguh informatis sekaligus menyentuh. Sabar dan tabah ya Bund..makasih sekali informasinya...
BalasHapusSama2 kang Agus!
Hapus