Daftar Isi

Minggu, 06 Oktober 2013

Bisnisku


“Ma, ajari aku bisnis!”
Oleh : Aisha Khairunnisa
            Judul di atas adalah permintaan anakku yang sulung ketika melihat saya sibuk dengan urusan bisnis kecil-kecilan, jual beli beras, dan mukena ketika musim lebaran tiba. Saya trenyuh mendengarnya, dan saya jawab “Ya nak, Inshaa Allah akan diajarkan, Mama janji!” dia tersenyum sambil membantu saya meindahkan karung-karung beras itu berdua adiknya. Walaupun sebenarnya saya sendiri belum bisa menjadi seorang businesswoman yang sukses seperti orang lain, hanya punya sedikit pengalaman saja yang akan saya ceritakan pada anak-anak saya.

            Teringat saya waktu kecil, saya suka ikut jualan sama kakak saya, dia buat makanan kecil, saya yang menjualnya, saya dapat upah satu rupiah dari setiap kantong kue yang harganya lima rupiah per bungkus, senangnya waktu itu, saya masih duduk di SD kelas empat. Berlanjut ke usia SMP saya berjualan ciput dari bahan katun yang saya jahit sendiri, kemudian saya jual  ke saudara dan teman-teman yang sudah berkerudung, waktu itu masih jarang orang yang memakai kerudung, kemudian di SMA saya jual jasa pasang sulaman di baju teman-teman sesama santri, biar tampil beda sekaligus memberi tanda sebab banyak teman yang suka hilang bajunya karena banyak yang sama, J! Di pesantren pun, saya ikutan nyumbang modal pada teman-teman yang jago bikin kue, kue-kue itu mereka titipkan  di warung koperasi santri dan warung dekat pesantren, lumayanlah hasilnya buat kami jalan-jalan ke kota Bogor, sambil ngecengin turis bule di Kebun Raya, hehe. Masuk bangku kuliah, doyan bisnis saya kambuh lagi, saya bikin tas dan tempat pensil dari kain, saya jual  ke trmna-teman kos dan kampus, ehh kuliahku engga kelar karena biayanya rebutan sama adik, saya yang jadi kakak  ngalah aja, keluar kuliah lanjutin bisnis bikin bed cover sederhana buat mahasiswa, hasilnya oke juga,  bisa buat beli bakso dan beli baju baru di Pasar Baru, walaupun harus capek wara-wiri Bandung Cianjur, belanja bahan di Pasar Baru dan Tamim Bandung, bawa ke Cianjur karena proses di Cianjur, saya menjahitnya sendiri dengan mesin jahit sederhana punya ibu saya, kemudian hasilnya bawa lagi ke Jatinangor, karena pembeli rata-rata mahasiswa yang kos di sekitar Jatinangor, sampai akhirnya ketemu jodoh, berhentilah bisnisku sejenak, ehh tanganku malah ‘gatal-gatal’ berhenti bisnis, minta ijin suami tercinta, bisnis lanjut lagi, asyikk!!


            Setelah punya anak dua, mulai terima order bikin baju, suami belikan saya mesin jahit, terus jualan kerudung kaos yang lagi trend di tahun dua ribu, kerudung kaos babat dan kaos katun, alhamdulilah hasilnya bisa beli cincin mas dan buat jajan anak-anak. Pindah rumah ke kota Bandung, karena suami tugas di kota, engga menghalangi semangat saya buat bisnis, apalagi hidup di perumahan di kota besar biayanya sungguh mahal, jauh banget dibandingkan dengan tinggal di perumahan di Sumedang, waduhh saya harus putar otak, akhirnya ketemu jodoh sesama pebisnis, saya jualkan hasil produksi teman, masih kerudung juga produknya, dan saya tetep eksis terima jahitan dan permak, ditambah terima order pasang payet yang waktu itu lumayan hasilnya, karena masih jarang yang bisa pasang payet, alhamdulillah! Dapur tetap ngebul walaupun biaya hidup kesedot buat bayar  cicilan rumah dan motor plus biaya kuliah suami! 

            Pengalaman bisnis saya ternyata memberikan masukan dan ide buat saya yang sudah jadi single parent sekarang, tentu saya harus putar otak dan putar uang supaya tetap bisa membiayai lima anak dan kebutuhan sehari-hari tentunya. Hal yang tak mudah, namun dengan keyakinan pada Allah SWT inshaa Allah saya yakin saya pasti bisa, dan tak terasa bisnis saya sudah masuk tahun kedua, ada peningkatan pada laba dan jadi lebih tahu celah baik dan buruk pada bisnis yang saya kelola, mencoba merevisi setiap laporan keuangan dan disisplin dalam menggunakan uang dan waktu. 

            Pada akhirnya, saya berkesimpulan, saya harus mengubah mind set saya dalam bisnis, saya harus punya niat yang lurus karena Allah, bahwasanya bisnis ini adalah ibadah dan demi memenuhi kewajiban saya sebagai orang tua dari lima anak saya, kemudian mencari ilmu bisnis sebanyak mungkin, menjalin silaturahmi dengan setiap orang, berfikir positif bahwa segala sesuatu pasti bisa dijadikan lahan bisnis, apapun itu, bahkan dari bahan sampah sekalipun, kemudian menyebarkan virus bisnis ini pada orang lain, berbagi ilmu dan pengalaman dengan siapapun, termasuk lima anak saya, memberi tahu mereka lewat bacaan dari buku-buku yang saya beli di Buku Inspiratif Indonesia, karya mba Ari Kurnia yang berjudul ' Bisnis Untung dan Berkah untuk Anak Sekolah " dan teman-teman pebisnis hebat lainnya, semangat bernisnis! 

            Semakin hari, semakin tambah ilmu, semakin banyak pengalaman, ilmu semakin luas teman bertambah banyak, dan rizki semakin berkah, Alhamdulillah!     

Saya pun berbisik pada anak-anak, “ Nak, kamu harus lebih sukses dari Mama ya!”




              
Cianjur,06 Oktober 2013       

4 komentar:

  1. Bagus. meluruskan niat itu yang penting. Bisnis untuk ibadah akan menjadikan hasilnya barokah dan kita tetap on the right track.
    Bagus artikelnya
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
  2. ternyata jiwa bisnis di bentuk sejak kecil. Oh ya aku juga ada bisnis internet, meluncur aja ke situsku :-)

    BalasHapus