Daftar Isi

Kamis, 03 Oktober 2013

Belajar FF


Aku Rindu si Macho
Oleh : Aisha Khairunnisa
            “Dasar pemalas!!!” teriakku di pagi hari, sebuah bantal mendarat tepat diatas punggungnya. Dia hanya menggeliat, kemudian keluar dari selimutnya dan turun dari ranjang, sekilas kemudian dia berjalan keluar kamar, lalu mantapku tajam dari balik pintu.
            Duhhh! Cara berjalannya yang gagah dan tegap, tatapan matanya yang tajam, jarang sekali bersuara, dia hanya mengeluarkan suara jika perlu saja, itulah yang paling aku suka darinya. Pejantan yang tak rewel!
            Entahlah, mengapa aku tiba-tiba saja marah padanya, padahal tak ada masalah yang dia buat, pun dia tidak membuatku cemburu, tapi marahku di pagi itu telah membuatnya minggat dari rumah. Mungkin karena aku akan menstruasi jadi emosiku tak terkendali, maafkan aku sayang!
*****
            Ya Tuhan! Rindu ini sekarang begitu membuncah, rindu yang sangat tak tertahankan. “Aku ingin dia kembali”, bisikku dalam hati.
            Sudah tiga hari dia tak pulang, rupanya dia masih marah padaku, teringat masa-masa indah bersamanya. Tatkala  dia mencium ujung kakiku dengan kumisnya yang tebal, aku merasa geli, tapi aku suka, atau ketika dia merebahkan tubuhnya diatas perutku, berat memang, tapi membuatku hangat, atau ketika dia meringkuk di belakang punggungku, atau ketika dia mencium rambutku, mengacaknya, dan membuatku kesakitan, tapi tak pelak aku tertawa lepas, aku rindu semua itu.
            Kami memang selalu menjalani hari-hari bersama, tidur berdua, makan berdua, nonton berdua, walau kami jarang saling bertutur kata, kami selalu sibuk dengan dunia kami masing-masing, kami jarang saling berkomunikasi, tapi kami saling mengerti dan memahami, kecuali ke kamar mandi, barulah kami melakukannya sendiri-sendiri, namun kami saling menjaga dan menyayangi, kami selalu berbagi kehangatan.
            Aku suka memnggilnya si Macho, karena dia memang macho, jika kupanggil dengan nama itu, dia tak pernah marah, dia malah nampak suka dengan panggilan itu, mata coklatnya yang selalu menatapku dengan tajam, terasa teduh, tapi dia begitu manja, selalu ingin aku belai dan kupeluk hangat, akupun tak segan untuk menciumnya, terkadang kubiarkan dia menempelkan kumisnya dileherku, kebahagiaan dan kepuasaan menjalari jiwaku setelah kulakukan semua itu.
*****
            Hujan mulai turun ketika aku baru pulang dari tempat kerja, tak nampak sedikitpun dia sudah kembali, tidak ada bekas telapak kaki di atas keset atau lantai di teras rumah seperti biasanya. Apalagi jika musim hujan tiba, dia sama sekali  tak suka berbasah-basahan diluar rumah, pasti dia langsung berlindung ke dalam teras, atau merebahkan diri di sofa depan TV.
            “Hmmmm!!!” gumamku, lalu kuedarkan pandangan ke sekeliling ruangan, dia tetap tak nampak, padahal sudah kuwanti-wanti bi Imah asistenku untuk mengawasinya, tapi bi Imah tak memberiku kabar apapun tentangnya, aku khawatir dia sakit, ohh atau mungkin dia sengaja ngumpet supaya aku mencarinya? Manja banget ya ! Huhhh!
            Hujan turun semakin deras, senja pun mulai menyapa, namun si macho tak pulang juga, aku semakin khawatir, apakah dia punya yang lain?
            Kutatap hujan lewat jendela ruang tamu, sengaja aku belum tutup gordinnya, kuberharap dia cepat kembali, kupanjatkan do’a khusus untuknya.
            Tiba-tiba, dia muncul di kegelapan malam, aku segera berhambur memburunya keluar rumah, ya Tuhan! Jalannya pincang, wajahnya berlumuran darah segar, dia terluka! Siapa yang melukaimu sayang?
            “Meeoonngggg!!” pekiknya manja!, aku segera memeluknya dan membawanya pulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar