Daftar Isi

Sabtu, 28 September 2013

Nyoba Nulis FF


Siapa dia?
Oleh : Aisha Khairunnisa
            Sejak awal aku kenal dia, aku sangat heran, karena ayahku selalu menolak kehadirannya di hatiku, bahkan di rumah ini, padahal bagiku dialah pria terakhir yang aku paling cinta diantara sekian lelaki yang datang melamarku, hanya dia yang aku mau dan kurindu, entah mengapa cinta ini begitu menghunjam semakin dalam di lubuk hati setelah mengenalnya sekian bulan, namun?
            “Memangnya tidak ada laki-laki lain?” sergah ayah suatu hari setelah dia pulang, aku hanya tertegun,ayah seolah tak pernah merasa muda dan merasakan jatuh cinta, aku menunduk dan menangis kemudian meninggalkan ayah sendirian,
            “Kalau kamu mau,biar ayah carikan laki-laki lain saja yang lebih mapan dan lebih baik seglanya” paksa ayah seketika setelah dia datang melamarku, aku menggeleng keras sebagai tanda penolakan, kemudian berlari sekuat tenaga dan menumpahkan semua air mataku di atas kasur, aku tak mengerti apa yang ayah mau, pria seperti apa yang ayah inginkan untuk dijadikan sebagai menantu, kalau dilihat dan dibandingkan dengan suami-suami ketiga kakakku, dia lebih segalanya dari semua menantu ayah yang lain, dari wajah dia paling tampan, pendidikan paling tinggi, kehidupan paling mapan, harta paling banyak, jabatan paling tinggi, kesolehan tak diragukan, lalu apa lagi?
***
            Ayah jatuh sakit, aku terpaksa menunda hari kunjungan dia dan orangtuanya, namun dia tak kecewa, dia hanya tersenyum mendengar alasanku, keluarga besarnya pun mafhum
            “Ayah sakit gara-gara kamu!” tukas kakakku yang pertama ketus, seolah akulah penyebab sakitnya ayah,
            “Coba kamu ikuti nasehatnya, pasti ayah tak kan sakit” pinta kakaku yang kedua kasar, aku hanya terdiam, aku tak mengerti apa maunya ayah dan semua kakakku itu, mereka tak mengerti perasaanku, mereka tak tahu betapa dalam cintaku padanya, lelaki yang telah membuatku luluh karena kesolehan dan kemandiriannya, karena kutahu sejak lahir dia sudah ditinggalkan ayahnya, namun ibunya yang merawatnya dengan penuh kasih sayang telah membuatnya menjadi pria sejati idaman hatiku, begitu juga dengan ayah tirinya yang telah mendidiknya menjadi seorang pria yang penuh cinta dan perhatian, semua keluargaku tak tahu apa yang kuinginkan, andai saja ibu masih ada...!
            “Nur!” panggil ayah pelan, aku menghampirinya yang sedng terbaring di atas tempat tidur yang sudah lusuh, sejak ibu meninggal ayah semakin tak terurus, matanya cekung dan badanya semakin kurus
            “Nur!” ulangnya,
            “Ya, Ayah!” aku mengusap keningnya yang berkeringat dingin
            “Kalau kau memang mencintai lelaki itu, cintailah sepenuh hati, namun kau jangan menyesal diakhir nanti” lanjutnya lirih, aku menarik nafas panjang, aku tak mengerti apa maksud ayah dengan kata-kata itu,sungguh aku tak akan menyesal menikah dengan dia
            “Jangan kau salahkan ayah!’ pintanya pilu, aku mengangguk pelan, namun tetap tak mengerti
***
            Pesta pernikahan yang sederhana segera digelar, aku sangat terharu dan bahagia, walau tak dihadiri ibu, namun bahagia karena ayah sudah merestui dan menghadiri, tapi...
            “Maafkan ayah!’ bisik ayah pelan di telingaku, isak tangisnya tertahan seraya memelukku, akupun menangis terharu,
            “Bahagiakah kau menjadi istriku?” dia berbisik di telingaku di malam pertama, aku tersenyum bahagia dan memeluknya erat,
            “Maafkan ibu tak bisa hadir, karena beliau mendadak sakit” lanjutnya, aku mengangguk
            “Tak apalah yang penting kita sudah bahagia” kuusap wajahnya untuk pertama kalinya, dia tersenyum bahagia seraya mencium keningku, rasa bahagia kini menyelimuti hati kami berdua
***
             “Ayah jahat! Ayah pecundang! Ayah pengecutt!!” aku mengamuk sejadinya, tangis ini pecah membahana di ruang tamu, semua orang berusaha menenangkanku, sedangkan yang lainnya mengurus jenazah suamiku, kulempari ayah dengan benda apa saja yang ada di dekatku, ayah yang merasa bersalah menutupi wajahnya dengan bantal, dia menangis sesenggukan di pojok ruang tamu, aku seperti anak kecil yang kesetanan, karena merasa dikhianati oleh ayah sendiri, pantas saja selama ini ayah gelisah dengan kehadiran dia, pantas saja ayah merasa kikuk berbincang dengan dia, yang sudah beberapa tahun menjadi suamiku, begitu juga dengan ibu mertua, keduanya menyimpan rahasia yang sangat rapi, aku tidak menyangka kalau suamiku  anak ayah juga.
            Aku merasa bumi inipun berhenti berputar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar