“Abangggg!!!”
panggil teman-teman serempak, Abang baru datang ke taman bermain di depan
komplek rumah kami, semua anak suka bermain dengan Abang. Aku juga demikian.
Nama
aslinya Hilman, badannya tegap dan matanya bulat, Abang berkulit agak gelap, hidungnya
mancung, dia juga dijuluki si Anak Permen karena doyan sekali makan permen.
Semua
orang memanggilnya Abang karena dia anak pertama dan memiliki dua adik
perempuan yang juga berhidung mancung dan bermata bulat, tapi kedua adiknya
tidak suka makan permen.
Hilman
lebih suka dipanggil Abang, biar lebih akrab begitu kata ibu dan ayahnya.
“Ayo
kita main lagi!” ajak Noufal semangat, namun Abamg nampak sedikit murung.
Ada
apa dengan Abang ya?! Kami semua bertanya-tanya dalam hati, karena selama ini Abang
selalu riang dan gembira, dia anak yang suka menolong dan suka bercanda.
“Kami
mau main petak umpet, mau ikutan engga?” tanya Nina, Abang hanya diam dan
cemberut, engga biasanya Abang bersikap demikian. Nina dan Noufal hanya
berpandangan.
Aku
gamit tangan Abang,
“Abang
kenapa sedih?’ tanyaku, Abang hanya menggeleng. Akhirnya kami tak jadi main
petak umpet karena si Anak Permen ini tak mau ikut bergabung.
Selang
beberapa saat kemudian, kamipun pulang ke rumah masing-masing, dan di sepanjang
perjalanan pulang ke rumah aku bertanya-tanya dalam hati,
“Abang
kenapa ya?’
“Apakah
Abang sakit?”
“Engga
biasanya Abang cemberut...!”
***
“Bunda!!”
panggilku sesampai di depan rumah, bunda yang sedang menyapu halaman langsung
menghampiri,
“Kok
mainnya sebentar?” tanya bunda heran
“Mainnya
engga seru” jawabku,
“Kenapa?”
“Abang
engga mau ikutan main”
“Ohhh..
kan ada yang lain?”
“Ahh
kalau engga sama Abang engga seru, engga asyikk” jawabku ketus.
Bunda
hanya tersenyum melihatku.
***
Mengapa
Abang disukai banyak teman ya? Karena
Abang memang baik hati, diapun tidak marah karena kami menjulukinya si Anak Permen,
karena dia suka membawa sekantung besar permen setiap bermain, dan kami selalu
kebagian jatahnya. Hmm... senang rasanya.
Gara-gara
doyan makan permen, gigi Abangpun jadi jelek, walaupun rajin sikat gigi, permen
membuat gigi Abang bolong-bolong, kalau tertawa akan terlihat gigi depannya yang
juga rusak dan berwarna kehitaman.
“Handi,
kamu suka permen coklat atau rasa buah?” tanya Abang suatu hari,
“Aku
lebih suka sara tutty fruty!” jawabku cepat, kemudian Abang memberikan sepuluh
biji permen empuk rasa tutty frutty, yang lain juga mendapatkan sepuluh buah
permen rasa kesukaan masing-masing.
Abang
selalu membeli permen dalam kantung besar setiap hari, dan dia membelinya dari
uang saku yang diberikan ibunya. Dia tidak suka jajan yang lain kecuali permen.
***
“Handi!”
suatu pagi seseorang memanggilku diluar pagar,
“Hai
Dito! Ayo masuk!” aku menghampiri dan membukakan pintu buat Dito.
“Engga
usah, disini saja!” tolaknya, Dito nampak terburu-buru,
“Kenapa
Dit, kok terburu-buru?” tanyaku heran
“Ngngg..
aku dikabari Noufal, Abang masuk Rumah Sakit” jawabnya pelan, kulihat mata Dito
berkaca-kaca.
“Sakit
apa?” tanyaku heran
“Engga
tau, mungkin giginya Han!”
“Terus?”
“Kata
mamanya mau dioperasi”, kami terdiam sejenak.
***
Sore
hari, aku dan lima kawanku, Noufal, Dito, Nina, Ali dan Karin sudah berkumpul
di rumah Abang, kami menjenguknya bersama-sama.
“Abang
gimana keadaanmu?” tanya Dito, Abang hanya tersenyum
“Engga
jadi dioperasinya,Alhamdulillah!” Mama Abang yang menjawab
“Cuma
dibersihkan saja, terus gigi-iginya yang sudah rusak dicabutin, kata dokter
kalau dibiarkan kumannya akan menyebar ke semua gigi yang masih bagus” mama Abang
menjelaskan panjang lebar. Kami semua menyimak.
“Abang
kapok kan?” tanya mama Abang, Abang tetap hanya tersenyum, dan mengangguk
pelan, nampaknya Abang masih merasa ngilu dengan beberapa giginya yang baru
dicabut. Mulut Abangpun selalu tertutup.
“Aku
juga engga mau ah, makan permen terus, takutt!” timpal Nina,
“Semoga
Abang cepat sembuh ya, dan engga jadi anak permen lagi” sambung Dito, kami
semua tertawa ditahan, Abang hanya tersenyum geli.
Permen
memang enak, namun jika kebanyakan akan membuat gigi kita sakit, aku pun
berjanji dalam hati, tidak akan makan permen banyak-banyak lagi. Takut seperti
Abang, membayangkan rasa dicabut gigi saja aku sudah takut, apalagi kalau
beneran hiyyy!!
***
Kenapa ya anak kecil selalu suka yang manis-manis? :D
BalasHapusMungkin Mimi ASI juga manis hehehe
HapusAlhamdulillah anakku ga doyan manis. Mkn permen jg jarang bgt...
BalasHapusEh ni lg latihan bikin cernak ya teh ceritanya? Bagus ;-)
Ya syukur deh mba Muna, giginya nanti bagus, trims ya!
HapusKan memang anak-anak suka bereksperimen. Apalagi dengan rasa manis. Cuma memang perlu di beri batasan secara proporsional saja.
BalasHapusbetul mas, trims dah mampir!
Hapus