Daftar Isi

Kamis, 20 Februari 2014

Abang, Si Anak Permen



“Abangggg!!!” panggil teman-teman serempak, Abang baru datang ke taman bermain di depan komplek rumah kami, semua anak suka bermain dengan Abang. Aku juga demikian.

Nama aslinya Hilman, badannya tegap dan matanya bulat, Abang berkulit agak gelap, hidungnya mancung, dia juga dijuluki si Anak Permen karena doyan sekali makan permen. 

Semua orang memanggilnya Abang karena dia anak pertama dan memiliki dua adik perempuan yang juga berhidung mancung dan bermata bulat, tapi kedua adiknya tidak suka makan permen.

Hilman lebih suka dipanggil Abang, biar lebih akrab begitu kata ibu dan ayahnya.

“Ayo kita main lagi!” ajak Noufal semangat, namun Abamg nampak sedikit murung.

Ada apa dengan Abang ya?! Kami semua bertanya-tanya dalam hati, karena selama ini Abang selalu riang dan gembira, dia anak yang suka menolong dan suka bercanda.

“Kami mau main petak umpet, mau ikutan engga?” tanya Nina, Abang hanya diam dan cemberut, engga biasanya Abang bersikap demikian. Nina dan Noufal hanya berpandangan.

Aku gamit tangan Abang,

“Abang kenapa sedih?’ tanyaku, Abang hanya menggeleng. Akhirnya kami tak jadi main petak umpet karena si Anak Permen ini tak mau ikut bergabung.

Selang beberapa saat kemudian, kamipun pulang ke rumah masing-masing, dan di sepanjang perjalanan pulang ke rumah aku bertanya-tanya dalam hati,
“Abang kenapa ya?’
“Apakah Abang sakit?”
“Engga biasanya Abang cemberut...!”
***

“Bunda!!” panggilku sesampai di depan rumah, bunda yang sedang menyapu halaman langsung menghampiri,
“Kok mainnya sebentar?” tanya bunda heran
“Mainnya engga seru” jawabku,
“Kenapa?”
“Abang engga mau ikutan main”
“Ohhh.. kan ada yang lain?”
“Ahh kalau engga sama Abang engga seru, engga asyikk” jawabku ketus.
Bunda hanya tersenyum melihatku.
***

Mengapa  Abang disukai banyak teman ya? Karena Abang memang baik hati, diapun tidak marah karena kami menjulukinya si Anak Permen, karena dia suka membawa sekantung besar permen setiap bermain, dan kami selalu kebagian jatahnya. Hmm... senang rasanya.

Gara-gara doyan makan permen, gigi Abangpun jadi jelek, walaupun rajin sikat gigi, permen membuat gigi Abang bolong-bolong, kalau tertawa akan terlihat gigi depannya yang juga rusak dan berwarna kehitaman.

“Handi, kamu suka permen coklat atau rasa buah?” tanya Abang suatu hari,
“Aku lebih suka sara tutty fruty!” jawabku cepat, kemudian Abang memberikan sepuluh biji permen empuk rasa tutty frutty, yang lain juga mendapatkan sepuluh buah permen rasa kesukaan masing-masing.

Abang selalu membeli permen dalam kantung besar setiap hari, dan dia membelinya dari uang saku yang diberikan ibunya. Dia tidak suka jajan yang lain kecuali permen.

***

“Handi!” suatu pagi seseorang memanggilku diluar pagar,
“Hai Dito! Ayo masuk!” aku menghampiri dan membukakan pintu buat Dito.
“Engga usah, disini saja!” tolaknya, Dito nampak terburu-buru,
“Kenapa Dit, kok terburu-buru?” tanyaku heran
“Ngngg.. aku dikabari Noufal, Abang masuk Rumah Sakit” jawabnya pelan, kulihat mata Dito berkaca-kaca.
“Sakit apa?” tanyaku heran
“Engga tau, mungkin giginya Han!”
“Terus?”
“Kata mamanya mau dioperasi”, kami terdiam sejenak.
***

Sore hari, aku dan lima kawanku, Noufal, Dito, Nina, Ali dan Karin sudah berkumpul di rumah Abang, kami menjenguknya bersama-sama.

“Abang gimana keadaanmu?” tanya Dito, Abang hanya tersenyum
“Engga jadi dioperasinya,Alhamdulillah!” Mama Abang yang menjawab
“Cuma dibersihkan saja, terus gigi-iginya yang sudah rusak dicabutin, kata dokter kalau dibiarkan kumannya akan menyebar ke semua gigi yang masih bagus” mama Abang menjelaskan panjang lebar. Kami semua menyimak.

“Abang kapok kan?” tanya mama Abang, Abang tetap hanya tersenyum, dan mengangguk pelan, nampaknya Abang masih merasa ngilu dengan beberapa giginya yang baru dicabut. Mulut Abangpun selalu tertutup.

“Aku juga engga mau ah, makan permen terus, takutt!” timpal Nina,
“Semoga Abang cepat sembuh ya, dan engga jadi anak permen lagi” sambung Dito, kami semua tertawa ditahan, Abang hanya tersenyum geli. 

Permen memang enak, namun jika kebanyakan akan membuat gigi kita sakit, aku pun berjanji dalam hati, tidak akan makan permen banyak-banyak lagi. Takut seperti Abang, membayangkan rasa dicabut gigi saja aku sudah takut, apalagi kalau beneran hiyyy!!

***

6 komentar:

  1. Kenapa ya anak kecil selalu suka yang manis-manis? :D

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah anakku ga doyan manis. Mkn permen jg jarang bgt...
    Eh ni lg latihan bikin cernak ya teh ceritanya? Bagus ;-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya syukur deh mba Muna, giginya nanti bagus, trims ya!

      Hapus
  3. Kan memang anak-anak suka bereksperimen. Apalagi dengan rasa manis. Cuma memang perlu di beri batasan secara proporsional saja.

    BalasHapus