Daftar Isi

Senin, 24 Februari 2014

Ada Hantu Di Hatimu



“Aaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!”””suara Mama memanggilku seperti tarzan di dalam hutan, padahal ini baru jam tiga pagi, sontak semua anggota rumah terbangun,

“Ada apa Ma??”” Papa yang pertama menghampiri padahal yang dipanggil kan aku, dengan malas aku bangun dari tempat tidur dan menghampiri, karena aku sudah tahu mengapa Mama tiba-tiba berteriak di pagi buta.

“Lihat Pa!, tuhh!!” Mama menunjuk sesuatu di kamar mandi sambil menutup hidungnya dengan kerudung, kemudian...

 “Woeekkk!!” Mama muntah-muntah

“Aa!!” panggil Papa tegas, matanya melotot seolah mau copot, aku mengkeret mendengar teriakan Papa dan melihat matanya yang beringas,

“Ya Pa!” aku mendekat dengan takut bak seekor kucing yang ketahuan maling ikan,

“Kerjaan siapa itu?” Papa membentakku,

“ Aku Pa!” terpaksa aku harus ngaku karena takut jika tidak pasti Papa akan semakin beringas, lebih galak dari singa jantan,

“Bersihkan!! Cepatt!!” bentak Papa, tangannya menunjuk ke arah kamar mandi, akupun menuruti perintahnya.

Gara-gara aku penakut! gini nih akhirnya, pagi-pagi berdingin ria membersihkan kamar mandi yang memang kotor dan bau sesuatu, habisnya semalam aku terburu-buru ceboknya, dan tak sadar ada yang tersisa dan menempel diujung closet

Beuhh sial, kemarin sore sehabis sholat Maghrib aku makan nasi goreng pedas, dan tengah malam perutku mulas, terpaksa ke kamar mandi tengah malam, sendiri, dan terburu-buru tentunya.
***

Engga tahu nih, kenapa aku penakut ya? Padahal Papa dan Mama tidak, kedua adikku juga tidak, lalu aku turunan dari siapa? Kakek nenekku juga bukan penakut tuh? Apalagi mereka pernah tinggal di sebuah rumah di dekat hutan belantara, kalau mereka penakut mngkin sudah kabur dari rumah itu sejak dulu, tapi mereka tinggal di rumah angker itu sampai akhir hayat, alasannya mereka tak suka dengan suara hikuk pikuk dan bising di kota, jadi lebih suka memilih membuka lahan dekat hutan dan membangun sebuah rumah yang kami sebut Villa Aki.

Aku? Penakut banget, bahkan konyol, kadang diluar akal sehat. Sebab karena berjiwa penakut itu, aku banyak melakukan hal-hal yang konyol yang terkadang memalukan keluargaku, ya seperti kejadian tadi pagi, aku buang air besar di malam hari, namun karena terburu-buru, dan perasaan takut yang menyergap, aku cebok asal-asalan dan masih ada sisa kotoran di closet, hiiyyy hueekkk!!

Aku sendiri sebenarnya geuleuhan*, selalu jijik jika melihat kotoran, namun aku sering kehilangan akal sehat jika harus ke kamar mandi tengah malam, apalagi jika sendirian.

Pernah suatu malam, aku mulas luar biasa, ya penyebabnya gara-gara makan semangkuk mie tek-tek yang dikasih sambal super pedas, aku sok jago makan pedas, namun akhirnya aku sedniri yang repot karena harus ke kamar mandi tengah malam, memangnya mau buang air besar di kamar? Huaaa engga ding! Aku bukan bayi atau anak balita lagi, yaaaa terpaksa aku harus ke kamar mandi, dengan perasaan takut aku bangun,

“Sam, bangun Sam!” aku goyangkan badan Isam adikku yang sedang terlelap,

“Hoammmm” Isam hanya menguap kemudian tertidur lagi, pulas sampai ngorok,

“Sam!!! Bangun!!!!” aku berbisik keras di telinganya, tapi dasar kebluk*, dia terlelap dengan damainya, kugoncangkan badannya lebih keras, tetap dia tak bangun,

Perutku mulai melilit minta segera dikuras, mau kubangunkan Nayla di kamar sebelah sudah pasti akan berisik karena Nayla selalu mengunci kamarnya sendiri, sebab dia tidur sendirian.

Jika berisik ototamis Papa atau Mama akan terbangun dan melotot, apalagi jika mereka tahu aku minta diantar ke kamar mandi, woohhh cilaka dua belas itu mah!

“Sammmm!!!” kuguncangkan badan adikku lebih keras setengah berteriak di kupingnya yang rada budek, lagi melotot aja kurang denger apalagi lagi ngimpi kayak gini!!

Haahhh aku putus asa bro!,

“Meongggg, meonggg!!!” terdengar suara si Bleki mengeong, dan ting! Aku dapat ide, si Bleki nampaknya minta makan malam-malam, segera kuhampiri dia yang seang mengendus di bawah kaki meja makan, lalu kugendong, kubuka lemari makan, aku bersyukur karena aku temukan sepotong ikan goreng di atas piring.

Sudah tahu apa yang terjadi? Si kucing kuberi makan, namun tidak di bawah kolong meja makan seperti biasa, tapi dia kugendong dan kuberi makan di kamar mandi. Hasyehhhh!!

Senangnya ada teman yang mau menemani aku buang air besar malam,ini, dan segera kutunaikan hajatku selagi si kucing asyik makan ikan goreng di depanku, untungnya dia bukan manusia, coba kalau Isam atau Nayla yang kusuruh makan di depanku yang sedang buang hajat, hwaaaa... mana mau mereka meski dibayar lima jeti juga, lagian siapa yang mau bayar segitu ya? Aku juga engga mungkin sanggup hehehe.

Perutku sedikit plong, namun ternyata masih ada sisa, agak lama keluarnya, huhhh aku mengedan lebih kuat dan lama, dan olala! si kucing sudah selesai makannya. Dia lalu mengeong sambil berlari kesana kemari mencari jalan keluar.

Huaaaa, rasanya aku pengen lempar tuh kucing yang terus-terus mengeong, aku takut ada orang yang bangun karena suara eongannya yang  panik. Tanpa pikir panjang aku siram dia dengan sedikit air biar berhenti mengeong, dan yes! Mempan! Namun hanya beberapa menit, karena kemudian dia mengeong lagi terus menerus.

Giliran aku yang panik sekarang, secara buang air besarku belum tuntas, arggggghhhhh!! Akhirnya aku ‘selesaikan’ dengan paksa buang air besarku, dan segera cebok dengan tergesa. Aku takut seseorang akan mencari sumber  suara eongan  kucing piaraan kami.

“Blekii, ngeoonggg!!” samar samar terdengar suara seeorang memanggil si Bleki, adeuuhhh aku panik bukan kepalang, segera kubuka pintu  kamar mandi dan si Bleki ngacir terbirit-birit, dia menggoyangkan badan dan kepalanya yang sedikit basah.

“Blekiii kamu kenapa?” ternyata Papa yang bangun, si Bleki  melengos dan kembali tidur diatas ‘kasur’nya.

Aku keluar kamar mandi mngendap-ngendap, takut Papa memergokiku yang telah mengurung si Bleki di kamar mandi tadi.
“Aa!” Papa ternyata melihatku,
“Ya, Pa!”
“Si Bleki kenapa basah?”
“Engga tahu, Pa!” aku menunduk, tak berani menatap mata Papa yang penuh selidik
“Sepertinya ada yang menyiram dia tadi” Papa mulai curiga, aku tak berami mengaku, segera kulangkahkan kaki menju kamar, dan aahhh legaaa aku selamat dari amukan ‘singa jantan’ ehhh Papa maksudnya.
Namun, aku engga bisa bebas di pagi harinya, teriakan Mama kembali membahana, dan semua penghuni rumah ini panik dibuatnya, akupun pasrah.
“Kamu gimana sih sudah SMA masih juga jorok!” teriak Mama; ,lagi lagi aku hanya menunduk dan tak ada sepatah katapun yang meluncur dari mulutku yang kaku.
“Aa, ayo bersihkan!” suara Papa engga membuat aku mengkeret lagi, kali ini Papa nampak kalem, akupun segera ke kamar mandi. 
***
“Man, aku minta tolong donk!” rayu Anita di depan kelas,
“Kenapa emang?”
“Hmm aku ada PR nihh, kamu pasti bisa bantu, kamu kan jago matematika” Pujinya selangit, akupun berasa di atas awan, cewek cantik temen SD yang kutaksir sejak dulu itu kini semakin sering minta bantuanku kalau ada PR matematika.
“Yaa jangan gitu donk! Kamukan juara kelas terus!” kilahku, Anita hanya nyengir
“Udahh kalau engga mau aku mau minta tolong Arman!” ancamnya, rupanya Anita sekarang tahu kalau aku memang naksir dia sejak SD dulu heuheu, dan ancamannya mampu meluluhkanku.
Akhirnya, aku janji mau ke rumahnya habis sholat maghrib, mau bantuin dia ngerjain PR matematika sekalian ngecengin calon mertua, kali aja mereka suka punya mantu ganteng tapi penakut ini.
PR Matematika sebenarnya hanya alasan Anita untuk mengajakku datang ke rumahnya, sebenarnya dia juga naksir aku, dia berterus terang tadi setelah selesai ngerjain PR, huaaa..dunia seperti milik berdua yang lain ngontrakk!!! Malam ini terasa lebih indahhhh kurasakan, huussss jangan curiga dulu ah! aku masih punya iman lhoo, engga ngapa-ngapain  justru aku yang jadi keliyengan gara-gara ucapan Anita tadi.
“Nit! Dah malem nih, aku harus pulang!” aku menoleh jam di tangan kiriku yang sudah menunjukkan pukul 21 teng!
“oke deh, nanti bantuin aku lagi ya!” senyum Anita manisss sekali, jantungku tambah deg-degan, Anita dan mamanya mengantarku sampai ke gerbang, dan bau angker jalanan yang sepi segera kucium diudara yang dingin, ciyussss aku ngeperr!!
‘Bisakah aku pulang sendiri, mana jalanan sepi dan jalan kaki’ aku berbisik dalam hati,
“Hoii kayak yang punya iman aja, katanya suka sholat kok penakut?!!” malaikat menertawanku dengan bisikannya di telinga kananku,
“Awass lohhh, di depan kan ada pohon Mahoni, dulu ada yang gantung diri!, cewek cantik yang suka godain cowok ganteng” si Iblis menakutiku dengan berbisik  di telingaku sebelah kiri.
“Tuhannn tolong aku, bismillahirrohmanirrohimm, bismilahi tawakltu alalloh laa haulaa walla kuwaata illla billah!” aku ucapkan kata-kata do’a itu beberapa kali, malu donk kalau dilihatin calon mertua, apalagi kalau beliau tahu calon mantunya penakut, tengsin abis dah!
Hmmm kalo sama orang jahat sih aku engga takut, aku kan penah ikutan taekwondo, tapi sama yang namanya setan??? Amponnn aku nyerah dahhh!!!
Malam semakin larut, perjalanan pulang ke rumah yang jaraknya hanya empat ratus meter terasa jauh dan lama, dan rasa takut itu semakin kuat, akupun berjalan cepat bahkan terkadang berlari, apalagi ketika melewati deretan pohon mahoni di sepanjang jalan yang sepi dan gelap ini.
‘Nahh loohh, bener kan ada pohon mahoni? Tuhh nengok ke sebelah kiri deh, entar si cantik berbaju putih nongol di situ’ bisik si Iblis lagi
‘Wakakakakakkk, kan ada do’anya, baca ayat kursi atuh!’ kata malaikat tak mau kalah, aku pun segera komat-kamit baca do’a sebisaku, namun kakiin serasa semakin berat ntuk dilangkahkan, seolah ada tali yang mengikatnya, 
‘Hihihiii, kamu engga dengar sara itu?’ tanya si iblis lagi, dia terus menerus menggodaku, kubayangkan seringai seraut wajah rusak menyeramkan,
‘huaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!’ aku menjerit dan berlari pontang panting, laluuu bruukkk!! akupun tak sadarkan diri,
Badanku tearas ngilu, bibirku jontor dan terasa perih, wajahku penuh luka memar, kenapa aku? Dikeroyok geng motorkah?
Aku hanya bisa terbaring di ruangan serba hijau, aku berada di sebuah RS Islam.
“Alhamdulillah kamu sudah sadar Aa!” suara Papa menyapaku,
“Pa, aku kenapa?’
“Lhoo kamu emang engga sadar waktu nyungsep di got sebelah rumah pak Anwar?’ tanya Papa heran dahinya mengerut,
“Engga” aku juga heran dan lupa kejadian semalam ketika pulang dari rumah Anita.
Lalu aku berusaha mengingat kembali dan menceritakannya pada Papa, dan Papa hanya terbahak-bahak mendengar ceritaku,
“Makanya jadi orang jangan penakut, hantu itu  engga ada, yang ada adalah setan yang menggoda kita spaya kita jadi penakut dan kehilangan akal sehat!” Papa menjawil pipiku yang lebam,
“Aaaaawww!!” sontak aku menjerit keras
Tapi, ingin rasanya aku menceritakan tentang ‘penemuan’ eh ‘penampakan’ waktu aku masih berusia tiga tahun dulu, tapi aku selalu mengurungkan niat itu, sebab aku yakin Mama dan Papa tak akan pernah percaya pada ceritaku padahal aku betul-betul mengalaminya.
Waktu itu kami menginap di rumah kakek yang letaknya dekat dengan hutan, rumah panggung yang luas sekali, kalau siang hari  memang sangat membuat kami betah sebab udaranya sejuk dan pemandangannya indah, selain itu ada kolam ikan dan kebun buah, tapi kalau malam hari? Dinginnya sampai menusuk tulang serta suasananya sangat sepi dan menyeramkan.
Malam itu aku tidur di kamar tamu bersama Papa dan Mama yang sedang hamil adikku Isam, aku terbangun di tengah malam, dan kulihat Mama, dan Papa sedang tertidur pulas.
Tiba-tiba aku ingin sekali mengintip keluar jendela, tanpa rasa takut sebagaimana semua anak kecil yang tak pernah takut pada apapun, aku sibakkan tirai jendela kamar itu, dan nampaklah sesosok wajah berwarna merah menyala, seluruh badannyapun merah, aku kembali tutup tirai jendela itu dan segera memeluk Mama dari belakang, dari sanalah aku mulai jadi penakut sampai sekarang.
****

2 komentar:

  1. Waktu kecil saya juga takut hantu
    kalau habis nonton Ludruk kami meliwati kuburan
    kasih aba-aba langsung lari kenceng
    Bagus kok kisahnya
    Ayat Kursi memang andalan ya
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus